Kamis, 28 Juli 2011

PUASA JANGAN LEBAY

Razia dimana-mana, dari razia tempat hiburan hingga warung makan pada awal-awal bulan puasa menjadi pemandangan umum di Tanah air yang kita cintai ini. Bahkan kadang kala pada beberapa kejadian kita melihat jatuh korban, kerusakan material disana-sini hanya untuk satu hal yang terlalu lebay alias berlebihan kita sikapi ketika menyambut bulan suci Ramadhan.



#1.Pertanyaan pertama, kenapa warung-warung makan diawal-awal puasa dihimbau wajib tutup “sementara” minimal tiga hingga satu minggu berjalannya bulan suci Ramadhan?

Si A menjawab : “Untuk menghormati saudara-saudara kita yang menjalankan puasa agar lebih khusyuk menjalankan ibadahnya bro”

Mendengar jawaban si A, saya pahami dan banggakan jika saudara-saudara kita yang tidak menjalankan ibadah puasa ingin menghormati kita dengan cara demikian, tapi apakah lantas jika sebagian lagi tetap membuka usaha warungnya dengan tirai yang cukup, kita anggap tidak menghormati bulan Ramadhan, lalu kita marah dan mengatakan bahwa mereka membuat kita tidak khusyuk beribadah puasa? (terkesan mencari-cari alasan untuk berbuka lebih awal).

Apakah ketika sedang berpuasa ada orang makan didepan kita, lantas membuat kita marah, berang atau memakinya dengan alasan untuk menghormati kita karena Puasa? Apakah kita merasa bahwa iman kita terganggu dengan orang yang makan dihadapan kita? Jika jawabannya iya, rasanya tidaklah muluk jika saya mengatakan sebaiknya anda tidak perlu berpuasa, karena sudah sangat jelas bahwa puasa menahan lapar dan haus? Ujiannya tentulah adalah makanan dan minuman, seharusnya kita bersyukur dengan adanya warung makan yang buka disana-sini dan kehidupan berjalan sebagaimana biasanya, justru semakin berkualitas puasa kita untuk menahan diri dari hawa nafsu lapar dan haus, sehingga hasil tempaan selama puasa mampu terpatri dengan baik dibatin kita.



#2.Pertanyaan kedua, Kenapa sebagian Pegawai dirolling bahkan ada yang dikurangi jam kerjanya?

Si B menjawab : “Agar dapat menjalankan ibadah puasanya dengan baik, sebab puasa adalah ibadah phisik maka pastinya akan berdampak pada produktifitas kerja pegawai bro”

Sedari awal kita menggangap bahwa Ramadhan adalah bulan penuh rahmat dan barokah, rahmat dan barokah ini bukan penghalang seseorang untuk tetap berkarya, bukan justru dijadikan alasan untuk mengurangi karya dan tanggung-jawab kita? Malunya si bulan suci, ketika umat yang berpuasa merasa hidup mereka sengsara, lelah, letih dan tidak produktif saat kehadirannya mewajibkan ujian phisik berupa perubahan jadwal makan bebas menjadi tidak bebas.

Cobalah kita berpikir bukankah Puasa yang kita lakukan adalah merupakan tempaan agar kita mampu merasakan bagaimana lapar dan letihnya saudara-saudara kita yang kurang beruntung dalam menjalani kehidupannya sehari-hari, walau telah bekerja keras kadang hanya mampu makan satu kali sehari saja? Bahkan sebagian mereka mengalaminya sepanjang tahun.

Alangkah lebaynya kita yang dikasih ujian phisik hanya sebulan dan pada siang hari doang, merasa produktifitas kita menurun, otak mampet, phisik letih karena puasa seharian, sehingga meminta rolling jadwal bahkan pengurangan waktu kerja? Pantaskah? jika pantas sebaiknya nggak usah ribet berpuasa, karena itu berarti kita telah merendahkan ujian Tuhan agar kita benar-benar bisa merasakan penderitaan hamba-Nya yang tidak beruntung, dengan tujuan timbul rasa syukur bahwa ternyata mengais rejeki dengan perut kosong itu “berat adanya” dan itu dijalani sepanjang tahun oleh saudara-saudara kita yang kurang beruntung, bukan malah mengeluh dan minta pengurangan jam kerja sehingga menurunkan produktifitas dan tanggung jawab kita sebagai manusia karya apalagi bagi pelayan masyarakat “Ter la lu”.


#3.Pertanyaan ketiga untuk apa dilakukan razia tempat-tempat berbau maksiat seperti judi, mabuk dan zina diawal Ramadhan ?

Si C menjawab : “Untuk menjaga kesucian bulan Ramadhan, maka wajib bagi kita semua memaksa agar menutup dan kalau perlu menghancurkan tempat-tempat maksiat itu bro”

Silakan menyangkal, tapi itulah adanya yang terjadi di sebagian besar daerah bangsa ini yang notabene adalah umat muslim, tapi pertanyaannya apakah dengan cara ini kita memaknai menyambut Marhaban ya Ramadhan, suka cita dan bahagia karena dapat bersua kembali dengan bulan suci Ramadhan? Melalui cara anarkis memaksa tutup tempat-tempat hiburan dengan jalan kekerasan dan pengrusakan.

Katanya bulan penuh Ampunan, dimana manusia berpuasa untuk membakar dosa-dosanya dan memohonkan ampun pada Tuhan-Nya, alangkah naifnya ketika himbauan yang diberikan pemerintah kepada tempat-tempat hiburan tidak dilaksanakan oleh mereka, kita malah mengamuk membabi buta, rusak sana rusak sini, sakiti sana sakiti sini, bukankah kelakuan ini justru mengotori tangan dengan dosa baru, tidak adakah jalan yang lebih baik?

Jika kita termasuk orang-orang yang secara anarkis melakukan paksaan hingga merusak fasilitas umum ataupun barang milik pihak-pihak yang dihimbau untuk menutup tempat hiburan selama Ramadhan dengan jalan kekerasan, maka kita telah mencoreng makna bulan suci Ramadhan itu sendiri (bukan menjaga kesuciannya) sebagai bulan penuh ampunan dan rahmat dari-Nya. Muncul pikiran dibenak saya “Berarti kita adalah orang-orang munafik, karena kenapa hanya di bulan Ramadhan saja kita melakukan pelarangan terhadap tempat-tempat hiburan tersebut, kenapa tidak untuk selama-lamanya saja dilarang? Atau barangkali kita sebenarnya adalah orang-orang yang tidak mampu di uji imannya, sebab ternyata kalau nggak bulan Ramadhan kita adalah para pelanggan setia ketempat-tempat maksiat tersebut?”

Mari kembali maknai bahwa bulan Ramadhan adalah bulan suci tempat menempa jiwa bukan hanya menahan lapar dan dahaga semata, bulan Ramadhan adalah bulan dimana kita bertarung menundukkan hawa nafsu yang cenderung kepada dosa dan maksiat. Sungguh naif jika bulan penuh ampunan dan rahmat harus dikotori oleh nafsu amarah yang tak terbendung.

Kesimpulan saya pribadi, “Ngapain Puasa… Cape Deh” ketika anda merasa berat dan tidak ikhlas menerima ujian baik itu ujian phisik yang nampak oleh mata (ketika melihat orang sedang makan dan minum didepan mata anda atau adanya warung makan yang buka disiang hari), maupun ujian keletihan phisik karena lapar (jangan merasa tidak produktif karena puasa), hingga ujian batin melawan hawa nafsu seperti amarah, sifat-sifat munafik, syahwat hingga nafsu maksiat lainnya, sebagai tolak ukur esensi puasa itu sendiri “Kemampuan menahan diri”.

Oleh karena itu terimalah ujian bulan suci Ramadhan ini secara ikhlas sebagai tempaan dan menyikapi setiap godaan dengan semangat kesabaran, kalau perlu sengaja dekat-dekat orang yang sedang makan atau lagi pacaran, karena semakin besar ujian yang dihadapi semakin besar pula hasil akhir dari puasa kita, serta Insyaallah sepadan dengan ampunan, rahmat dan barokah-Nya (Pengalaman saya semakin sering melihat orang makan dan minum, maka semakin kuat saya membayangkan es buah, kolak, bubur sumsum, kue basah dan sebakul nasi saat berbuka nanti, apalagi kalau melihat orang lagi pacaran plus ciuman, maka semakin kuat iman saya menunggu malam sehabis Taraweh berakhir).

Tapi ingat, bagi yang haid dilarang puasa dan bagi yang sedang sakit terbaring lunglai di pembaringan, semoga berkah Ramadhan menyembuhkan dan menghapus segala dosa, digantikan dengan kesehatan serta kebahagiaan karena keikhlasan, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar